Selasa, 29 Oktober 2013

My Second Poem

PRAJURIT JALANAN

Tertulis sajak-sajak nakal
Di dinding yang memercakkan darah
Hanya berlalu tanpa dilihat
Menuju antrean penumpang
Melintasi batas kota
Dengan gitar tua
"Sebuah lagu dari Ebiet G Ade." katanya
Riuh memekatkan telinga
Tak terdengar nyanyian itu
Hanya melihat lukisan tersirat didirinya

Wajah tua khas 50an
Penuh derita tapi tertawa 
Mengais rejeki 
Melantunkan melodi
Kemudiaan berlalu meniggalkan kami
Dengan koin 500 perak dariku
Tangannya menggengam erat
Oh, serakahkah kami?
Sengsarakah mereka?
Tapi mereka tak lagi melihat kami

by : Ade Cahyaning Pangesti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar