Rabu, 26 November 2014

Refresh Your Mind (RUM) KMTF FT UGM

Diakhir ajang PORTF atau pekan olahraga teknik fisika ini, KMTF dept. OS secara khusus menghadirkan Refresh Your Mind atau RUM. Mengusung tema coklat strawberry acara ini dijamin serunya.. Karena diacara ini tidak hanya menampilkan pemenang-pemenang lomba di PORTF tapi juga ada semacam pensi yang akan diisi oleh mahasiswa JTF.

Tertarik memang dengan konsep acaranya, tapi aku pun tidak ikut. Kenapa tidak ikut padahal ngepost di blog -_- yahh jawabannya adalah aku dari hari jumat-minggu ada Research Outbound (Rebound) LPKTA. Salah satu lembaga penelitian yang ada di Fakultas Teknik. Enjoy your time deh buat teman-teman yang ikut ^_^

JKT48 di SMA 9 Yogyakarta

"Kyaa kyaa kyaa.."

Sedikit mengutip kata-kata kakak tinggatku anak Teknik Nuklir 2013 yg berinisial kak Hanna. Mungkin jika aku berada dihadapan teman-temanku yang tahu aku, aku sudah mengucapkan teriakan tadi. Bagaimana tidak, ini adalah kali pertama aku dan JKT48 sangat dekat. Mereka akan tampil konser dikota dimana aku menuntut ilmu :')

Sedikit lebay mungkin, tapi sejak dulu aku memang ingin menonton mereka. Tapi apa daya, jarak menjadi penghalang untukku. Dan sekarang mimpi itu terasa semakin dekat. Acara yang digagas oleh SMAN 9 Yogyakarta ini tidak hanya memboyong JKT48 untuk acaranya. Ada Gamaliel, Audrey dan Cantika serta Jikustik. Untuk masalah tiket pun sebenarnya tidak susah untukku. Ada temanku alumni SMAN 9 yang memudahkan kami jika mau pesan :)

But wait.. Kapan tanggalnya? 10 Januari :'( berasa ingin teriak. Aku dari tanggal 5-16 Januari sedang UAS dan ini adalah UAS pertamaku. Tentunya bayang-bayang IP menghantuiku. Bimbang antar mau tetap nonton atau tidak. Mungkin harus sholat istikharah dulu agar mendapat petunjuknya :')

Bagi kalian yang mau nonton selamat nonton yaa, salam buat ci Stella *ehh masih kangen sam oshi yang satu ini. Sukses buatmu ya ci stel :3

Nb : dalam postingan ini poster acaranya dan settingan tribun buat acaranya nanti :)

Sabtu, 16 Agustus 2014

PPSMB UGM 2014




PPSMB? Apa itu?

Bagi sebagian maba atau mahasiswa baru, utamanya maba UGM pasti akan menanyakan hal ini dibenak mereka ketika mereka telah resmi mendapat kabar baik bahwa mereka diterima di universitas kerakyatan ini. Untuk dapat memasuki dunia perkuliahan itu membutuhkan suatu proses. Tidak begitu setelah diterima mereka langsung kuliah layaknya di sinetron atau ftv. Ada proses ritual wajib utamanya di UGM sendiri sebelum para mahasiswa baru memasuki dunia perkuliahan. Acara ini layaknya upacara penyambutan tamu penting dari negara lain yang akan berpengaruh ke negara kita sendiri. Semua pegawai akan mempersiapkan semaksimal mungkin agar para tamu ini tidak kecewa. Seperti halnya kita, para mahasiswa baru adalah tamu. Tamu yang akan berpengaruh kepada negara ini lewat proses pembelajaran mereka di UGM. Semua civitas di UGM ini berkontribusi tidak terkecuali para pedagang kaki lima yang ikut menyemarakan pesta penyambutan ini.

PPSMB tidak hanya sekedar penyambutan tamu agung para calon civitas akademika bangsa yang akan menempuh study di UGM sendiri. Di dalam PPSMB ini akan ada rentetan acara selama tujuh hari berturut-turut. Tidak hanya sekedar bersenang-senang, disini kita juga sudah mulai belajar. Mulai dari belajar bekerjasama,  tanggung jawab, disiplin serta banyak kemampuan softskill lainnya.
 


 
Lalu apasih PPSMB itu? Penasaran?

PPSMB adalah Pelatihan Pembelajaran Sukses Mahasiswa Baru. Itu adalah kepanjangannya. Lalu apa maksudnya? Apa kita disini akan dilatih militer karena ada kata pelatihan atau bagaimana?  PPSMB sejatinya merupakan serangkain acara yang ditujukan sebagai media penyambutan dan pengenalan mahasisw baru akan lingkungkan perkuliahan yang mereka hadapi. Agar setidaknya, mahasiswa baru memiliki pandangan yang lebih luas mengenai hakikat mereka umumnya sebagaimana manusia yang utuh dan khususnya sebagai seorang mahasiswa yang merupakan bagian dari civitas akademica. PPSMB di UGM terdiri dari dua sesi yang sama-sama wajib diikuti oleh maba Pertama PPSMB Universitas (PALAPA) dan PPSMB Fakultas yang memiliki nama-nama berbeda sesuai dengan fakultas masing-masing. Antara lain :
Teknik = PPSMB PRISMA
Fisipol = PPSMB SOCIETY
FEB = PPSMB SIMFONI
SV = PPSMB PERMADANI
MIPA = PPSMB PASCAL
Hukum = PPSMB FH
FKG = PPSMB IDENTISTRY
Biologi = PPSMB METAMORPHOSELF
Pertanian = PPSMB ORGANIK
Geografi = PPSMB GEOSPACE
FKH = PPSMB VETREBAE
Psikologi = PPSMB PRK PSIKO
FTP = PPSMB AGROPHORIA
FIB = PPSMB BRATASENA
FK =PPSMB MORFOGENE 
Filsafat = PPSMB FILSAFAT 
Peternakan = PPSMB BREEDERIO
Kehutanan = PPSMB KAMBIUM.

Secara tujuan utama diadakan PPSMB univ dan PPSMB fakultas adalah sama untuk mengenalkan mahasiswa baru terhadap kampus UGM, menanamkan kecintaan terhadap UGM, melatih semangat, disiplin dan kerja keras dalam melakukan segala hal. Namun lebih spesifiknya  PPSMB universitas akan mempersiapkan maba  dan mengenalkan maba kepada keseluruhan UGM dimana peserta terdiri dari mahasiswa baru yang berada disetiap fakultas. Sedangkan untuk PPSMB fakultas akan lebih mengenalkan bagaimana lingkungan universitas itu sendiri.

Tema PPSMB UGM tahun 2014 ini adalah  menyiapkan pemimpin muda yang berinisiatif, cerdas, dan  berbudaya. Sedang untuk PPSMB fakultas mempunyai tema sendiri-sendiri. Contohnya adalah PPSMB fakultas saya, fakultas teknik (Prisma) adalah menumbuhkan kesadaran diri mahasiswa baru akan eksistensi sebaga cendekiawan terhadap realitas yang mereka hadapi. Nilai-nilai yang dapat didapat dari PPSMB Prisma sendiri nantinya adalah tanggung jawab keilmuan, keakraban, kemanusiaan, cendekia, ketuhanan dan nasionalisme.


PPSMB UGM ini akan dari tanggal 18 Agustus sampai 24 Agustus 2014. Dengan agenda, tanggal 18-19 Agustus PPSMB Universitas, tanggal 20-21 Agustus PPSMB fakultas, 22-23 softskill dan 24 Inagurasi. Pada saat PPSMB universitas sendiri akan dibagi kelompok bercampur dengan semua fakultas di UGM, baik itu dari  program sekolah vokasi atau S1. Nantinya akan dibagi sesuai gugus dan kelas. Kemudian akan ada banyak sekali tugas pengiring PPSMB, dari hari pertama sampai hari terakhir, baik itu individu atau kelompok.Begitu pula dengan tugas saat PPSMB fakultas. Di teknik sendiri tugas fakultasnya  rata-rata adalah tugas kelompok yang harus diselesaikan sebelum hari H, seperti membuat tugu teknik, tugas karya aplikatif, blocknote, atribut, APSI dan banyak lainnya. Tugas ini mempunyai banyak sekali manfaat bagi kami, para mahasiswa baru. seperti memupuk rasa kerja sama, tanggung jawab, kepemimpinan dll.Saya sendiri berharap sebagai mahasiswa baru UGM fakultas teknik bahwa kegiatan PPSMB ini benar-benar dapat menyiapkan para calon penerus bangsa menjadi para cendekiawan muda yang dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat dalam kehidupan masyarakat. Serta menghilangkan pendapat sebagian mahasiswa terhadap yang namanya ospek dengan penuh perpeloncoan menjadi wadah untuk menumbuhkan semangat cendekiawan muda pembangun bangsa. Mari  kita lihat kejutan apa saja yang akan ada dalam PPSMB nanti, utamanya saat PPSMB fakultas yang notabene akan lebih keras dari PPSMB universitas.


Ade Cahyaning Pangesti
14/364195/TK/41911/Z
Mahasiswa Baru Program Studi Teknik Nuklir 2014, Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknik UGM.

Sabtu, 08 Februari 2014

Tolong Aku, Aku Terpenjara dalam Sekolah!

Ada tulisan yang menginspirasi nih dari http://inspiring-aoc.blogspot.com/2014/02/tolong-aku-aku-terpenjara-oleh-sekolah.html?showComment=1391925461832#c193071546263520707 :) selamat membaca..
 
 
Tulisan ini bukan untuk memprovokasi teman-teman, bukan juga untuk menyalahkan pemerintah, guru ataupun murid. Tulisan ini saya buat pure sebagai sarana kita dalam bertukar pikiran mengenai sistem pendidikan yang sedang berjalan di negeri kita. Saya berharap kita semua mampu membuka mata dan pikiran kita lebar-lebar untuk memikirkan “apakah benar sekolah formal telah memenjarakan kita?”
------------------------------------------------------------------
Bulan Januari merupakan bulan idaman semua mahasiswa, khususnya mahasiswa rantauan. Pada bulan itulah, mahasiswa akan menikmati masa liburan panjang yang selama masa kuliah baru akan dirasakan. Saya adalah salah seorang mahasiswa rantauan yang sangat senang ketika mendengar kata “liburan”, karena di saat itulah saya bisa bertukar pikiran dan menyusun mimpi-mimpi baru, bersama guru les saya semasa saya duduk di bangku SMA. Beliau adalah sosok yang berhasil mengubah paradigma saya menjadi anti-mainstream (anti dengan hal yang biasa). Arti kata “anti” di sini tentu saja tidak berorientasi pada sesuatu yang negatif, namun lebih membuka pikiran selebar-lebarnya untuk lebih peka dan tanggap dengan keadaan di sekitar kita. Sosok wanita yang memiliki perawakan kurus itu kerap menjadi teman diskusiku dan teman-teman terkait segala sesuatu yang terjadi di kehidupan.
Pernahkah kalian merasa bosan dan jenuh untuk bersekolah? Saya yakin, hampir setiap orang pernah merasakannya. Entah hal itu disebabkan oleh rasa lelah ataupun merasa bosan dengan penjelasan salah seorang guru. Saya sendiri juga pernah merasakan titik jenuh untuk pergi ke sekolah dan belajar apa yang tidak ingin saya pelajari. Memang terdengar frontal, karena sama sekali tidak masalah jika kita mempelajari apa yang tidak kita suka. Bisa jadi hal itu jadi sebuah petunjuk yang hendak Tuhan sampaikan kepada kita. Atau mungkin memang itulah jalan yang telah Tuhan rencanakan untuk kita.
Sewaktu SMA, saya sering tidak masuk kelas, malah hampir sangat sering. Kurang lebih 15-an lomba dan event saya ikuti sejak saya kelas X semester 2. Awalnya saya sangat giat belajar di kelas hingga memperoleh predikat ranking 1 saat saya duduk di kelas X semester pertama. Namun, disaat guru PKn menghampiri saya dan menawarkan Lomba Cerdas Cermat (LCC) 4 Pilar Kebangsaan, paradigma saya mulai berubah. Saya lebih suka untuk mewakili sekolah dalam acara lomba atau event daripada harus belajar terus di dalam kelas. Bahkan, saya sering meminta waktu seminggu full bimbingan agar terbebas dari yang namanya sekolah, haha. Meskipun, memang di akhir semester sangat terlunta-lunta untuk menyusul ulangan dan tugas kesana-kemari. Namun, saya tetap tidak merasa rugi. Saya pikir, pengetahuan yang saya dapatkan di dalam kelas tidak sebanding dengan apa yang ada di luar sana. Ternyata, masih banyak hal yang perlu saya pelajari dari orang lain. Sempat saya merasa minder dan gerogi untuk bergaul dan bercakap-cakap dengan siswa dari daerah lain.
Jangan pernah merasa dirimu hebat, sebelum kamu keluar dan melihat apa yang sebenarnya terjadi di luar sana!
Pada saat berdiskusi dengan guru les saya, saya bertanya kepadanya “Sebenarnya apa yang perlu diperbaiki dari Indonesia? Kenapa hampir semua sektor kehidupan memiliki masalah masing-masing. Banyak anak-anak yang putus sekolah, banyak pengangguran, jalan-jalan rusak, banjir, tanah longsor, pejabat negara yang korup, degradasi moral pemuda, sikap apatis orang-orang dan masih banyak lagi”. Guru lesku dengan singkat menjawab, “pendidikan”. Banyak sekali orang-orang yang terpenjara dengan pendidikan, lebih tepatnya terpenjara oleh sekolah formal. Sekolah formal hanya membentuk produk gagal yang akhirnya gagal juga dalam membentuk keteraturan lingkungan. Apakah kita rela jika sekolah kita yang berfungsi sebagai tempat menimba ilmu pengetahuan dan guru-guru kesayangan kita yang selalu meluangkan waktunya untuk kita malah membentuk produk gagal seperti kita? Saya menyebut kita adalah produk gagal!.
Seringkali kita mempelajari apa yang tidak menjadi bakat dan minat kita. Contohnya kelas IPA yang harus rela berumit-rumit dengan fisika, padahal ada beberapa orang yang masuk IPA karena minat dengan biologi, bukan fisika. Lantas bagaimana ini? Seseorang tersebut tentu harus belajar pelajaran yang tidak dia sukai dengan sungguh-sungguh agar lulus dari standar nilai yang ditentukan. Ya memang kita tidak dapat menyalahkan siapapun dalam kasus ini. Tulisan ini hanya sebagai pembuka wawasan saja, bahwa kita sebenarnya perlu menyusun kurikulum baru dalam sekolah.
Tujuan penetapan Kriteria Kelulusan Minimum (KKM) sebenarnya memang baik jika dicapai dengan cara yang baik juga. Namun, kenyataannya KKM malah menjadi momok para siswa yang akhirnya menghalalkan segala cara, bahkan dengan cara yang tidak jujur. Siswa rela menyontek dan mencari perhatian guru (dengan berpura-pura aktif di kelas) agar mendapat nilai yang melebihi KKM. Nilai seolah-olah menjadi tujuan utama siswa-siswa sekolah. Mereka beranggapan bahwa nilai adalah jalan bagi mereka untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan mendapatkan pekerjaan yang layak. Padahal hakikat belajar bukanlah sekadar mendapat hal-hal tersebut.
Sekolah yang baik adalah sekolah yang mengarahkan siswa-siswanya untuk mengenali jati dirinya masing-masing, mencari dimana letak potensi diri mereka dan berusaha untuk mendampingi mereka dalam mengembangkannya. Bukan dipaksa untuk mempelajari jenis-jenis pelajaran yang tidak sesuai dengan bakat dan minat dengan embel-embel KKM, yang akhirnya hanya akan melahirkan produk gagal. Bahkan sekolah seakan-akan hanya berorientasi pada pencarian uang dan jabatan. Memang hal tersebut tidaklah mudah, perlu adanya penggabungan kekuatan dari beberapa pihak yang berhubungan, seperti pemerintah, guru, siswa dan juga orang tua.
Banyak teman-teman saya yang menentang pemikiran saya ini yang seakan-akan hanya berani berkomentar saja dan terlalu sok dengan merendahkan guru dan sekolah. Saya sama sekali tidak menyalahkan siapapun, saya bahkan bisa jadi seperti sekarang ini berkat jasa guru-guru saya dari SD sampai SMA. Namun, apakah kita tetap akan menjalankan dan terpaksa terlibat menjadi objek atas sistem yang salah? Bayangkan, di Jepang anak-anak TK sudah dituntun untuk merancang masa depan mereka dengan membuat mind-mapping. Di Korea, ada salah satu sekolah yang menerapkan sistem ujian gelap gulita. Kenapa? Karena pihak sekolah tidak ingin produk-produk keluarannya menjadi produk gagal. Mereka memasangkan lampu senter di kepala masing-masing siswa, sehingga jika ada siswa yang melakukan kegiatan mencontek, pasti akan ketahuan. Lantas, kenapa kita tidak bisa seperti itu? Apakah kita baru bisa seperti itu jika sistem menuntut? Kenapa Ujian Nasional malah menjadi Pesta Ketidakjujuran yang tampak seperti dilegalkan? Kenapa harus ada predikat pintar dan bodoh dalam kelas yang hanya akan membuat minder siswa-siswa? Katanya sih untuk memotivasi, namun apakah benar seperti itu? Bisa jadi, mereka yang berada di peringkat akhir (yang sering dianggap bodoh) memiliki salah satu bakat yang sangat mengejutkan, merakit komputer atau merakit pesawat terbang seperti pak Habibie. Katanya orang-orang, nilai itu juga untuk penghargaan atas kerja keras siswa selama pembelajaran. Apakah kita belajar hanya untuk dapat pengakuan baik atau buruk?
Kita dapat membuat sekolah yang pure keinginan para siswa, bukan sebuah paksaan. Sehingga, produk yang lahir pun tidak akan menjadi produk gagal yang hanya berorientasi pada uang, bukan pengabdian. Seseorang yang menyukai dan memiliki bakat dalam bermusik, ya sudah dia harus dan wajib untuk masuk kelas musik. Seseorang yang memiliki bakat menggambar, ya ayo masuk kelas menggambar. Yang bakat hitung-hitungan, sok atuh masuk kelas matematika atau fisika. Kan enak kan? Semua belajar pelajaran yang sesuai dengan potensi mereka. Dan nilai yang diberikan pun sesuai dengan kualitas siswa-siswanya. Siswa yang masuk kelas musik pasti akan mendapat julukan “anak musik”, anak kelas menggambar mendapat julukan “anak gambar/pelukis”, anak kelas fisika mendapat julukan “anak fisika/fisikawan”. Kualitas yang dihasilkan pun tidak hanya sekadar abal-abal dari hasil dongkrakan nilai yang berkedok “remidial test”.
Kalau tidak kita yang memulai merencanakan dan membuat sekolah model begitu, lantas siapa lagi? Masih ngerasa nggak terima dan menganggap saya hanyalah orang yang sok kritis dan cari sensasi? *Think Again*. Cepat atau lambat, kita semua akan merasakannya dan akan lantang menyuarakan “Tolong Aku, Aku dipenjara oleh Sekolah!”
Cari tahulah apa bakat dan minat kita sekarang dan fokuslah ke bidang itu! Semangat kawan-kawan! Nilai, Ijazah, Peringkat, Predikat itu hanyalah embel-embel belaka yang dapat hilang sewaktu-waktu. Namun, kualitas yang sebenarnya akan terus melekat dalam diri orang yang memilikinya.

Salah satu sekolah yang seperti cocok dan pantas adalah model sekolah yang seperti ini: 
Qaryah Thayyibah 1/2
Qaryah Thayyibah 2/2


untuk tulisan inspasi lainnya silakan kunjungi http://inspiring-aoc.blogspot.com/
terimakasih ^^

desi slondhok


Desi Priharyana siswa SMK Negeri 2 Yogyakarta yg setiap hari naik sepeda & berjualan slondhok. keren ya :) 
Guru bahasa indonesiaku (mr.Sochib) yang menceritakannya. setiap orang yang ingin sukses punya cara tersendiri.ini cara dia. meski begitu dia tidak malu :) respect it!

qoutes 2

MAN JADDA WA JADA! (SIAPA YANG BERSUNGGUH-SUNGGUH AKAN BERHASIL!)

quotes

JANGAN MATI-MATIAN MENGEJAR SESUATU YANG TIDAK BISA DIBAWA MATI! - Emha Ainun Najib

SNMPTN, SBMPTN, dan PASSING GRADE

Ini ada rangkuman chirpstory ttg SNMPTN, SBMPTN dan PASSING GRADE UGM :) selamat baca yaa..
kalo mau baca yang asli kunjungi aja ini >> http://chirpstory.com/li/49469 atau follow twitternya @UGMsolidarity .

N & D

simbol perdamaian merupakan gabungan antara 2 huruf N & D, kependekan dari 'Nuclear Disarmament' (anti senjata nuklir).

baru taukan? sama saya juga :P *emaap

Anak Tukang Becak yang Sukses Jadi Dokter UGM

Ini salah satu real story yang cukup menginspirasi. bukti bahwa pendidikan itu milik siapa saja, dan bukti bahwa FK bukan milik orang kaya saja. selamat membaca :)
 
 
Tekan Biaya Kuliah dengan Pinjam Buku ke Senior
Meski hidup dengan kondisi ekonomi yang serba kekurangan, Agung Bakhtiyar mampu mewujudkan impiannya. Anak tukang becak itu kemarin (8/7) diwisuda menjadi dokter dari Fakultas Kedokteran UGM dengan IPK 3,51.
NANI MASHITA
Rumah bercat hijau dan berdinding gedhek itu begitu sederhana. Di salah satu sisinya terbuka sebuah jendela kecil. Seorang pria tua dengan ramah menyapa dan mempersilakan Jogja Raya masuk ke rumah di Terban GK/V No 719, Kelurahan Terban, Kecamatan Gondokusuman.
Di ruang tamu seluas 3x4 meter tersebut, ada beberapa perabotan yang ditaruh sekenanya. Meja kayu bundar yang tak begitu besar diletakkan di sudut ruangan. Sebuah pesawat televisi diletakkan di atas meja plastik berwarna hijau. Menghadap ke pintu masuk, ada tiga kursi lainnya. Di seberangnya, sebuah kursi bambu difungsikan sebagai kursi untuk menerima tamu. Sepiring makanan tradisional seperti jadah, getas, dan sesisir pisang tersaji di atas meja bertaplak warna merah. Satu-satunya cahaya di ruangan itu berasal dari jendela kecil yang terbuka lebar tadi.
Dari balik tirai, tuan rumah Agung Bakhtiyar muncul dengan mengenakan baju batik warna terang dipadu celana kain hitam. Memakai kacamata, wajahnya terlihat bersih terawat dengan janggut tipis di dagu. Tidak ada yang mengira apabila dia anak tukang becak yang biasa mangkal di depan Hotel Santika Jogja.
Awalnya, Agung terlihat kikuk saat menceritakan keberhasilannya menjadi dokter. Tangannya terlihat menggenggam buku rekening BNI. ’’Waduh… mau cerita apa ya,” katanya malu-malu, Jumat (8/7).
Agung resmi bergelar dokter setelah menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran UGM selama lima tahun tujuh bulan. Sebelum diwisuda kemarin, dia menjalani profesi dokter muda di Klaten serta menempuh pendidikan dokter dengan dengan nilai IPK (indeks prestasi kumulatif) 3,51. Saat diwisuda, dia didampingi kedua orang tua dan salah seorang kakaknya. Usai wisuda, Agung dan keluarga langsung pulang. Tidak ada acara perayaan untuk menandai keberhasilan pemuda 24 tahun itu menyelesaikan pendidikan dokternya.
’’Ibu tidak mau ada perayaan untuk syukuran kuliah. Rencananya ingin mengadakan aqiqah saya dan dua kakak laki-laki saya, kalau ada uang lebih,” tuturnya. 
Agung mengaku sebenarnya dia tidak ingin melanjutkan kuliah karena melihat kondisi ekonomi keluarganya yang pas-pasan. Ayahnya, Suyatno, hanya seorang tukang becak yang penghasilannya tidak tetap dan hanya cukup untuk makan sehari-hari. Sedangkan ibunya, Saniya, saat itu (2005)  berjualan botol bekas.
Meski begitu, orang tua Agung  menginginkan bungsu dari empat bersaudara itu melanjutkan kuliah hingga lulus, tidak seperti tiga kakaknya yang hanya lulus SMA. ’’Ibu saya sangat kepingin saya kuliah,” katanya
Awalnya, Agung menjajal ikut seleksi ujian masuk di Fakultas Pertanian UGM namun gagal. Meski begitu, alumnus SMAN 6 Jogjakarta itu tidak putus asa. Dia lalu ikut seleksi penerimaan mahasiswa baru (SPMB). Kali ini dia memilih Fakultas Kedokteran sebagai pilihan pertama dan ilmu hama Fakultas Pertanian di pilihan kedua.
’’Saya tidak tahu kenapa memilih kedokteran saat itu. Mungkin karena saya gampang tersentuh kalau melihat pasien,” katanya.
Saat berbincang, gaya bertutur lelaki kelahiran Jogja 30 Juni 1987 itu terkesan slengekan meski beberapa kali tatapannya menerawang jauh. Perbincangan sempat terhenti saat ibu Agung datang membawa nampan berisi dua gelas teh hangat. Tidak lama kemudian, dia pergi meninggalkan rumah. ’’Ibu kembali ke Pasar Terban, jualan rongsokan,” kata Agung. 
Tak disangka, lanjut cerita Agung, dia diterima di Fakultas Kedokteran UGM. Dia sempat kebingungan mengetahui diterima di fakultas bergengsi itu. Dia pun takut memberitahukan kabar menggembirakan itu kepada orang tuanya. Salah satu yang menjadi bebannya saat itu adalah biaya pendidikan kedokteran yang sangat besar.
Sebelumnya, Agung juga diterima di D3 Komputer dan Sistem Informasi (Komsi) UGM. Mau tidak mau akhirnya dia memberi tahu orang tuanya sekaligus minta pertimbangan untuk memilih fakultas yang akan dimasuki. Tapi, orang tua menyerahkan sepenuhnya keputusan itu kepada Agung. Agung pun akhirnya memilih kedokteran setelah mendapat masukan teman-temannya.
Untuk menunjang kuliah, Agung sempat ’’nodong’’ orang tuanya untuk dibelikan komputer dan ternyata dikabulkan. ’’Saya sungguh terharu dengan orang tua saya yang berkomitmen mendukung saya kuliah,” katanya.
Hambatan terus menghadang Agung ketika menjalani perkuliahan. Yang paling tampak mengenai gaya hidup mahasiswa Fakultas Kedokteran yang kebanyakan dari kalangan the have dan glamor. Mulai gaya berpakaian, kendaraan, hingga peralatan pendukung perkuliahan lainnya. Orang tuanya sempat khawatir dengan kondisi psikologis Agung menghadapi teman-temannya yang serba berkecukupan. ’’Tapi saya meyakinkan orang tua untuk tidak perlu khawatir,” tuturnya.  
Soal pelajaran di kampus, setahun pertama Agung sempat tidak betah gara-gara dia lebih senang ilmu eksak seperti fisika, matematika, dan kimia. Sedangkan di kedokteran, nilai-nilai humanisme dikedepankan. Tetapi, perubahan terjadi ketika dia sudah mulai bersentuhan dengan pasien di rumah sakit. ’’Dari sana tumbuh kecintaan saya untuk kuliah di kedokteran hingga lulus,” tuturnya. 
Alumnus SMPN 5 Jogja itu berupaya untuk bisa menekan ’’biaya kuliah’’ hingga seminim mungkin. Beberapa cara yang dilakukan dengan memfoto-copy materi kuliah, men-download referensi di internet atau meminjam buku-buku ke senior. Dalam pergaulan Agung juga tidak minder bila temannya mengajak dia untuk nongkrong di tempat-tempat gaul.
’’Teman-teman saya baik-baik semua. Mereka tahu dengan kondisi saya,’’ ujar Agung yang mulai mendapatkan beasiswa dari UGM pada tahun ketiga kuliahnya.
Salah satu yang memudahkan dia berbaur dengan teman-teman kampus adalah sistem pendidikan di Fakultas Kedokteran yang membagi mahasiswa dalam kelompok-kelompok  belajar. Dari sana, teman-temannya mengetahui bahwa Agung berasal dari kalangan kurang mampu. Mereka juga tidak memandang sebelah mata atas kondisi Agung itu. ’’Mereka paham dan bahkan saya sering meminjam laptop teman-teman ke rumah,” katanya terkekeh.
Selama kuliah, Agung mengaku sempat ikut membantu ibunya berjualan barang bekas di Pasar Terban. Tetapi, seiring dengan makin padatnya jadwal kuliah dan praktik, maka kegiatan di pasar itu lama-kelamaan tak bisa dia penuhi.
Kini, setelah diwisuda menjadi dokter, dia mengaku lega sekaligus tertantang untuk bisa mengentaskan keluarganya dari kemiskinan. ’’Saya harus bisa membantu ibu agar usaha jualan barang rongsok itu berkembang dan bisa memperbaiki ekonomi keluarga,” katanya.
Sudah dua setengah bulan ini Agung bekerja di klinik sebuah perusahaan di wilayah Tangerang. Kemarin dia harus pulang ke Jogja untuk mengikuti upacara pelantikannya sebagai dokter, sekaligus  mengurus KTP-nya yang hilang saat naik angkot.
Ditanya soal rencana masa depan, Agung mengaku ingin meneruskan pendidikan dokter spesialis. Namun, dia sadar dengan kondisi ekonomi kedua orang tuanya sehingga tidak terlalu berharap bisa meneruskan pendidikan dalam waktu dekat.
’’Mungkin saya menabung dulu karena jadi dokter spesialis kan butuh dana ratusan juta,” pungkasnya. (*/ari
 
source : http://sitasaja.blogspot.com/2011/07/agung-bakhtiyar-anak-tukang-becak-yang.html