PRAJURIT JALANAN
Tertulis sajak-sajak nakal
Di dinding yang memercakkan darah
Hanya berlalu tanpa dilihat
Menuju antrean penumpang
Melintasi batas kota
Dengan gitar tua
"Sebuah lagu dari Ebiet G Ade." katanya
Riuh memekatkan telinga
Tak terdengar nyanyian itu
Hanya melihat lukisan tersirat didirinya
Wajah tua khas 50an
Penuh derita tapi tertawa
Mengais rejeki
Melantunkan melodi
Kemudiaan berlalu meniggalkan kami
Dengan koin 500 perak dariku
Tangannya menggengam erat
Oh, serakahkah kami?
Sengsarakah mereka?
Tapi mereka tak lagi melihat kami
by : Ade Cahyaning Pangesti
Selasa, 29 Oktober 2013
Cerpen Kimia : Arsen Si Pembuuh Bayaran
Siang ini aku duduk didepan rumahku di gang 4 blok VA nomor 33 di kampung kami sistem periodik unsur , aku berusaha mengingat kembali tentang semuanya, tentang tawaran manusia untuk melakukan hal yang menurutku itu sangat menjijikan untuk aku ulangi lagi, yaitu pekerjaan membunuh. Sudah lama aku jadi pembunuh bayaran, dan sebenarnya aku ingin berhenti dari pekerjaaan menjijikan ini, tapi lagi-lagi aku tak bisa. Manusia-manusia itu lebih mempercayaiku daripada teman-temanku seperti halnya sianida atau yang lainnya. Karena katanya pekerjaanku sangat rapi, dengan menyusup lewat makanan racunku menyerang sistem pencernaan manusia yang akan kubunuh sehingga dia mati seolah-olah seperti karena shok.
Sebenarnya aku sudah
lelah dengan pekerjaan seperti ini, dan tak ingin mengulangnya lagi, sejak
pembunuhan Napoleon Bonaparte aku sebenarnya telah berjanji untuk tidak
membunuh lagi, tapi lagi-lagi korban jatuh di tanganku. Tahun 2004 saja aku
membunuh seorang aktivis HAM Munir dari indonesia dan kini manusia itu
datang lagi padaku menyuruhku membunuh seorang temannya hanya karena takut
tersaingi dalam perebutan jabatan sebagai direktur sebuah perusahaan.
“Ahhh….ini
benar-benar bisa membuatku gila, kenapa sih dikalangan manusia itu selalu saja
ada yang serakah, kenapa mesti cemburu pada keadaan? bukankah tuhan itu tidak
menempatkan kita pada tempat yang sama?.
“Arsenik..”
seseorang menyapaku perlahan.
Aku segera
membalikkan badan, dan kulihat disana fosfor kakakku menghampiri. Dalam
keluargaku aku sebenarnya unsur yang paling dekat dengannya daripada dengan
kakaku yang satu lagi Nitrogen atau dengan adik-adikku Antimon
atau Bismut. Sehingga dalam karakteristik secara kimiawi aku lebih mirip
dia, dia suka memanggilku arsenik atau dengan bahasa yunani namaku Arsenikum.
“Ada apa kak?”
“Katanya mau bakti
sosial pada manusia, kok malah melamun disini?”
“Iya kak, bentar lagi
juga berangkat”
“Kulihat akhir-akhir
ini kau sering melamun sen,ada masalah dengan pacarmu khlor? Dan kulihat
kalian tidak sering berjalan bersama lagi. Malah sekarang kau lebih aktif
membantu manusia, mencuci kerislah, membasmi hama dan tikuslah, pengawet
kayulah, dan sekarang adikku ini mau bakti sosial apalagi?”
Aku tersenyum melihat
matanya berbinar-binar, sejak dulu , sejak aku baru saja ditemukan oleh Albertus
Magnus tahun 1250 dan dipertemukan dengannya di kampung SPU, mata
itu tak pernah berubah, dia senantiasa berusaha jadi kakakku yang baik
“Eh di tanya malah
senyum-senyum, atau jangan-jangan kau sedang jatuh cinta lagi sen?”
“Gak lah kak, aku dan
khlor akhir-akhir ini cuma sedikit renggang aja, tapi kami baik-baik saja
kok. Sekarang aku mau membantu manusia menyepuh perunggu, membuat bahan
cat, keramik, elektronik, efek kembang api, zat warna atau
pencelup, industry kulit, pengeras timah hitam, serta pembeningan kaca. ”
” Ckkk…ckkk…kau hebat
sen, selain oksidamu ampoter ternyata kau juga banyak aktif membantu
manusia, aku bangga padamu Sen, tapi sebelumnya kakak khawatir kau
berjalan-jalan kekalangan manusia soalnya kakak takut ada yang menyuruhmu lagi
untuk membunuh, bukan apa-apa sih, nyawa itu berharga Sen, apa kau masih ingat
waktu dulu itu, waktu kau membunuh aktivis HAM yang bernama Munir itu,
sampai-sampai heboh di buatnya, dan kampung kita juga di buat gegerkan. Bahkan
kau juga yang sebelumnya dipercaya untuk pengobatan dalam bidang homeopati,
gara-gara suka dijadikan racun pembunuh jadi tidak dipercaya lagi kan”
“Iya kak, aku kan
berusaha untuk menolak jadi pembunuh bayaran lagi, ya udah aku berangkat dulu
kak”
“Baiklah, hati-hati
jangan sampai tubuhmu menyentuh makanan para manusia Sen!”
“Iya, aku tahu kak,
tubuhku kan beracun, aku pasti hati-hati”
Begitulah kawan
dengan kakakku fosfor, apa yang harus kukatakan padanya kalau saja dia
tahu aku akan membunuh lagi, maafkan aku kak, aku tidak kuasa untuk menolaknya.
Malam ini kemungkinan satu orang lagi akan jatuh di tangan racunku. Malam ini,
aku akan menyusup lagi lewat makanannya untuk membunuhnya, maafkan aku kak,
ijinkan aku satu kali saja melakukannya lagi. Sudah itu aku janji, aku tidak
akan mengulanginya lagi, lagipula mungkin setelah ini, aku kan di larang berjalan-jalan
dikalangan manusia lagi, mungkin kau sudah bosan mendengar janji-janjiku kak,
karena tiap kali aku membunuh, aku selalu berjanji padamu untuk tidak
mengulanginya lagi, tapi kali ini, setelah aku menyelesaikan semuanya, aku
benar-benar berjanji padamu untuk tidak mengulanginya lagi.
Ahh…aku jadi bingung,
harus membunuh apa enggak ya? Khlor kemana lagi? padahal pada saat gini
seharusnya dia ada disampingku, apa masih mengurusi pacarnya sinatrium itu, aku
heran, padahal dia kan playboy tapi masih saja mempertahankan hubungannya
dengan sinatrium itu, apa sih kelebihan dia? Sampai-sampai khlor tidak
rela untuk melepasnya. Hah…! kenapa aku tidak pergi saja pada oksigen,
dia jugakan kekasihku (As3O2), tapi…bagaiman kalau
nanti ketahuan sama khlor? Peduli amat dah, siapa tahu dari oksigen
aku bisa tahu kabar hubungan khlor dengan natrium.
Source : Cerpen Kimia Arsen Si Pembunuh Bayaran _ Chem-Is-Try.Org
_ Situs Kimia Indonesia _.html
Langganan:
Postingan (Atom)